Big data Indonesia merujuk pada penerapan inovasi ini untuk kepentingan bisnis nasional baik pada sektor pemerintah atau swasta. Adopsi big data menjadi sebuah keniscayaan berkat semakin banyaknya orang beralih memakai internet.

Dalam teknologi cloud computing, misalnya, tidak terhingga data yang tersimpan dalam internet. Informasi berharga tersebut berasal dari apa pun yang kita taruh di dunia maya. Jejak digital tersebut merupakan aset berharga yang dapat membantu keberlangsungan sebuah usaha.

Big data Indonesia telah merambah pada banyak lini bisnis, baik swasta dan pemerintah. Akar dari big data sendiri adalah menganalisa data dalam jumlah yang sangat banyak dengan beragam pola dan berganti sangat cepat. Ketiga sifat khas ini membuat sangat sulit bagi cara analisa konvensional untuk menganalisa struktur data tersebut lalu menerjemahkannya menjadi informasi penting bagi strategi pemasaran, misalnya.

Mulai dari Go-Jek Hingga Bank Mandiri

Big data Indonesia dapat secara seksama kita lihat dari Go-Jek, aplikasi anak bangsa yang mempertemukan pengguna dan penyedia layanan ojek. Layanan ini kemudian menjelma menjadi beragam jasa, seperti pengiriman barang dan dompet digital.

Go-Jek adalah firma nasional yang berhasil menerapkan teknologi big data. Caranya adalah dengan membangun satu aplikasi dengan backend big data solid dan lengkap. Inilah pondasi menampung berbagai jenis layanan seperti yang disebutkan di atas.

Sistem big data dalam Go-Jek menggabungkan pendekatan data science dengan fakta bisnis yang rumit. Pendekatan data science yang dimaksud adalah mesin pembelajaran, kecerdasan buatan, dan pemrosesan bahasa alamiah. Hasilnya adalah solusi bisnis kuantitatif untuk menentukan banyak keputusan bisnis secara real-time.

Sektor Badan Usaha Milik Negara atau BUMN tidak mau ketinggalan. Di sini terlihat penggunaan big data Indonesia sudah merambah ke banyak segmen milik pemerintah ini. Salah satunya adalah sektor keuangan. Adalah PT Bank Mandiri (Tbk) yang sukses memakai teknologi big data.

Tidak tanggung-tanggung perkara biaya. Bank ini telah menggelontorkan Rp136 miliar untuk investasi infrastruktur big data pada 2017 agar kualitas kreditnya menjadi lebih baik.

Contoh penerapan teknologi big data di sini adalah Bank Mandiri mengumpulkan dan menganalisa data nasabah. Fakta nasabah yang digali adalah cara mereka bertransaksi dan kebiasaan membelanjakan uang. Bank Mandiri ingin mengetahui informasi dari itu semua supaya dapat menentukan kelayakan kredit dari masing-masing nasabah. Selain itu, hasil dari analisa tersebut akan membantu bank ini dalam merumuskan produk kredit tertentu sesuai gaya keuangan mereka sehari-hari.

Baca juga: Lima Tips Memilih Perusahaan Big Data untuk Bisnis Anda

Ujung dari rantai tersebut adalah strategi menyalurkan kredit yang lebih tepat sasaran. Dengan demikian, bank tersebut akan lebih bagus dalam menghindari kredit macet dan mengatasi risiko terkait produk kredit tersebut.

Contoh terakhir adalah Direktorat Jenderal Pajak pada Kementerian Keuangan. Kantor ini memakai teknologi big data untuk memaksimalkan penerimaan pajak dari masyarakat.

Dengan menganalisa hasil big data, Direktorat Jenderal Pajak dapat meraih banyak potensi terkait sumber pemasukan Negara ini. Mereka dapat memperoleh informasi profil wajib pajak secara menyeluruh, mengetahui hubungan antar wajib pajak dan mengidentifikasi risiko ketidakpatuhan pada masing-masing wajib pajak.

Informasi profil wajib pajak mencakup gaya hidup setiap wajib pajak, apakah ada harta atau pendapatan yang sengaja tidak diberikan informasinya ke pemerintah. Terkait hubungan antar wajib pajak, pihak Direktorat Jenderal Pajak bisa mengidentifikasi hubungan grup wajib pajak, termasuk transaksi keuangan di antara mereka.

Direktorat Jenderal Pajak mendulang informasi berharga untuk memasok sistem big data di dalamnya. Kantor ini membuat infrastruktur big data yang mumpuni dalam bentuk cluster Hadoop untuk penggabungan data, platform data dan penyimpanan data perusahaan.

Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak menggali informasi di internet (open-source intelligent) dan menggandeng pihak ketiga. Data dari mereka yang berharga adalah informasi kepemilikan saham, ekspor-impor, kepunyaan kendaraan mewah, dan sekuritas.